Masjid Jami Pontianak, Masjid Tertua di Pontianak Kalimantan Barat

Masjid Jami Pontianak, Masjid Tertua di Pontianak Kalimantan Barat


Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie merupakan masjid yang tertua yang terletak di daerah kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak. Konon katanya, banyak sekali peninggalan sejarah yang ada di dalam pembangunan masjid ini. Simbol-simbol tentang kerajaan dan pendirian masjid Jami’ Sultan Syarief Abdurrahman Al-Kadrie terletak di berbagai bagian masjid tersebut.

Dalam sejarah berdirinya masjid Sultan Syarief Abdurrahman Al-Kadrie, tentu saja terkait dengan masa kepemimpinan dan tokoh pendirinya. Pemimpin keraton yang merupakan tokoh pendiri Masjid Sultan Syarief Abdrurrahman Al-Kadrie merupakan keturunan dari kerajaan yang memiliki trah keluarga di Hadramaut di negeri Arab yang marganya disebut dengan Al-Kadrie. Silsislah-silsilah tersebut selalu dijaga oleh kalangan keluarga mereka, untuk dapat mempertahankan nama keturunan bangsa Arab yang selalu mengalir pada diri mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka mempunyai bakat kepemimpinan dan menjadi panutan masyarakat pada zamanya.

Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie terletak tidak jauh dari Keraton Kadariyah yang didirikan oleh Syarif Abdurrahman Al-Kadrie dan diteruskan oleh sultan-sultan dari keluarga Al-Kadrie, yang sekarang dikenal dengan Kampong Beting. Tulisan ini ditulis berkaitan dengan gambaran Masjid Jami’ Sultan Syarief Al-kadrie dan sejarah terbentuknya. Masjid ini adalah bukti sejarah peningalan kesultanan Kadariyah yang menjadi tempat beribadah umat muslim pada zaman kesultanan sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.

Masyarakat di kota Pontianak, baik yang berada di wilayah sekitar keraoton maupun di seberang sungai berdatangan untuk menunaikan Shalat Jumat. Sultan memang mewajibkan masyakarat untuk shoalat Jumat di Masjid Jami pada saat itu, khusus untuk wilayah keraton dan sekitarnya. Sedangkan untuk daerah-daerah yang agak jauh, maka cukup dikirim wakilnya saja untuk shalat Jumat di Masjid Jami.

Melalui data yang penulis dapatkan dari  Abah Syarif Selamat Joesoef Alkadrie yang berusia 80 tahun (saat ini di tahun 2018), seorang Pengeran Bendahara kesultanan, melalui data berbentuk lembar teks Sejarah Lahirnya Kota Pontianak (04/11/2017), dapat diketahui bahwa kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman pada tanggal 23 oktober 1771 yang bertepatan dengan tanggal 14 rajab 1185 H. Kota asal yang menjadi cikal-bakal kota Pontianak dibangun di persimpangan tiga Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak.

Kampung yang pertama dimulai dibukannya kota Pontianak sekarang ini dikenal dengan nama Kampung Dalam Bugis, di mana di situ juga terletak Masjid Jami’ (Masjid Sultan Abdurrahman) dan istana kerajaan yang dikenal dengan nama Keraton Kadariyah. Pendirian Masjid Jami’ (Masjid Sultan Abdurrahman) dikepalai oleh Syarif Usman Ibnu Almarhum Sultan Abdurrahman Ibnu Almarhum Al-Habib Husin Tuan besar mempawah bin Achmad bin Husin bin Muhammad Alkadri, pada hari selasa sehari bulan Muharram 1238H.

Sultan Syarif Usman (1819-1855), sultan ke-3 Kesultanan Pontianak, tercatat sebagai sultan yang pertama kali meletakkan fondasi bangunan masjid sekitar tahun 1821 M/1237 H. Bukti bahwa masjid tersebut dibangun oleh Sultan Syarif Usman dapat dilihat pada inskripsi huruf Arab yang terdapat di atas mimbar masjid yang menerangkan bahwa Syarif Usman pada hari selasa bulan Muharam tahun 1237 Hijrah. Berbagai penyempurnaan bangunan masjid terus dilakukan oleh sultan-sultan berikutnya hingga menjadi bentuknya seperti sekarang ini. Untuk menghormati jasa Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri, pendiri kota Pontianak dan sultan pertama kesultanan di sebelah barat Istana Kadriah itu pun diberi nama masjid Jami’ Sultan Abdurrahman.

Sebagai tempat ibadah umat Islam, khususnya untuk melaksanakan ibadah sholat secara berjama’ah, masjid memiliki arsitektur yang berbeda-beda dan unik, termasuk sejarahnya. Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman adalah masjid tertua yang terdapat di kota Pontianak, terutama di Desa Beting Kecamatan Pontianak Selatan. Masjid ini memiliki panjang 33,27 meter dan lebar 27,74 meter. Terdapat enam pilar kayu berlian berdiameter setengah meter di dalam masjid. Selain pilar bundaran, ada juga enam tiang penyangga lainnya yang menjulang ke langit-langit masjid berbentuk bujur sangkar yang berukuran setara dengan kayu belian untuk tiang rumah dewasa, bahkan di atas rata-rata. Di bagian bangunan masjid tersebut juga terdapat denah masjid, ruang masjid, tampat wudhu dan tiang bendera.

Denah masjid merupakan gambaran keberadaan ataupun lingkungan masjid tersebut. Di depan masjid terdapat lapangan yang cukup luas, menyerupai alun-alun yang biasanya ditemukan di tanah Jawa. Beberapa puluh meter di sebelah selatan dari masjid, terdapat Istana Sultan Kraton Kadriyah. Tanah lapang di sekitar masjid dapat kita artikan sebagai ruang tempat tamu ataupun tempat menerima masyarat yang berkunjung pada tempat tersebut.

Tempat wudhu merupakan tempat di mana seseorang ingin mensucikan diri agar bisa melaksanakan sholat dengan sah. Sedangkan tiang yang didirikan di depan masjid tersebut merupakan tiang bendera untuk tanda. Masjid Jami’ (Masjid Sultan Abdurrahman) didirikan pada hari selasa sehari bulan Muharram 1238H. itulah cerita Masjid Jami Pontianak, Masjid Tertua di Pontianak Kalimantan Barat, jika berkunjung ke pontianak anda juga bisa mencari oleh-oleh khas pontianak.

Penulis: Bibi Suprianto