Eksistensi Sampan Sebagai Alat Transpotasi Air Masyarakat Tepian Sungai Kapuas

Eksistensi Sampan Sebagai Alat Transpotasi Air Masyarakat Tepian Sungai Kapuas

 



 Sampan menjadi alat tranpotasi bersejarah bagi masyarakat Pontianak dan Kalimantan Barat, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai-sungai besar yang melintasi Kalimantan Barat seperti, Sungai Kapuas, Sungai Landak, dan sungai-sungai lainnya. Sampan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sejak dulu, karena Sampan menjadi alat transpotasi yang paling efektif digunakan untuk menghubungkan aktivitas sosial menyeberangi sungai.

      Sampan tidak hanya digunakan oleh masyarakat yang tinggal di tepian sungai-sungai besar seperti Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Masyarakat yang tinggal di daerah perkampunganpun juga menggunakan Sampan sebagai alat transpotasi guna mendukung aktivitas kehidupan mereka sehari-hari. Sampan adalah perahu kecil yang terbuat dari kayu, masyarakat Kalimantan Barat biasanya menggunakan Kayu Belian untuk membangun badan Sampan, karena memang kayu ini memiliki tekstur yang keras dan tidak mudah busuk terkena air. Selain Kayu Belian, kayu-kayu lain juga digunakan menjadi bagian dari badan sampan, kayu-kayu tersebut diantaranya adalah kayu mahoni, kayu nangka, kayu sengon, dan kayu-kayu lainnya. Namun seiring perkembang zaman, saat ini juga banyak Sampan yang dibuat dengan menggunakan bahan baku viber.

      Pada awalnya, Sampan digunakan sebagai alat transpotasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, karena memang daerah Kalimantan Barat merupakan daerah dengan keberadaan sungai yang sangat banyak. Sampan digunakan untuk melakukan hubungan dengan masyarakat yang berada diseberang sungai. Selain itu, Sampan digunakan untuk mencari ikan, berburu, dan pergi ke kebun yang terletak di tengah hutan. Hidup menyusuri sungai dalam melakukan aktivitas sosial dan ekonomi sudah menjadi tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Barat.

      Penggunaan Sampan pada zaman dulu juga sebagai penunjang karena dulu daerah Kalimantan Barat masih berupa hutan belantara, dan dengan menggunakan Sampan masyarakat bisa memangkas waktu perjalanan yang lebih singkat daripada harus melakukan perjalanan darat membelah hutan. Sampan dapat dikendalikan dengan menggunakan dayung yang terbuat dari kayu yang masing-masing ujungnya dibuat pipih agar bisa mendorong air dan membuat Sampan bergerak. Bentuk dayung dibuat dengan selera pemiliknya, karena selain dayung yang mempunyai pipih di kedua sisinya, ada juga dayung yang dibuat pipih pada salah satu sisi saja dan sisi sebaliknya digunakan sebagai pegangan untuk mengayunkannya ke dalam air. Selain berfungsi sebagai penggerak Sampan agar dapat berjalan diatas air, dayung juga berfungsi sebagai alat pengendali Sampan agar Sampan dapat berjalan sesuai dengan kehendak pengemudinya.

Seiring berkembangnya zaman dan munculnya teknologi, saat ini Sampan banyak yang sudah menggunakan mesin perahu yang di pasang di bagian belakang. Fungsi mesin ini dapat mendorong perahu berjalan cepat diatas air dan tidak memerlukan tenaga manual seperti menggunakan dayung. Dengan menggunakan mesin, Sampan bisa berjalan dengan cepat diatas air dan dapat dengan cepat menjangkau tempat tujuan. 

Pemanfaatan Sampan sebagai alat transpotasi penyeberangan Sungai Kapuas di Pontianak telah dilakukan sejak lama. Hal ini menjadi eksistensi Sampan yang terus bertahan dan tak lekang oleh perkembangan zaman. Meskipun di Kota Pontianak sudah dibangun jembantan yang saling menghubungkan, Sampan tetap menjadi sarana transpotasi yang terus dijaga kelestariannya oleh masyarakat di sekitar tepian Sungai Kapuas. Dengan modernisasi menggunakan mesin perahu, Sampan saat ini juga menjadi sarana transpotasi air  yang menunjang perekonomian masyarakat karena Sampan bisa disewakan untuk sarana transpotasi wisata menyusuri Sungai Kapuas.

     Hampir setiap masyarakat yang tinggal di tepian Sungai Kapuas dan Sungai Landak, sebagian banyak dari mereka mempunyai Sampan, baik untuk digunakan sendiri sebagai alat tranpotasi air pribadi atau untuk disewakan dengan membuka jasa layanan penyeberangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Hampir setiap saat ketika siang hari kita dapat melihat lalu lalang Sampan yang melintas baik di Sungai Kapuas maupun Sungai Landak. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi Sampan tidak pernah pudar digunakan oleh masyarakat tepian sungai.

    Dengan semakin kreatifnya masyarakat saat ini, Sampan yang dulunya identik dengan warna alami kayu. Saat ini Sampan sudah dimodifikasi dengan menambahkan atribut-atribut yang memperindah Sampan, seperti mengecatnya menjadi warna-warni atu menambahkan tempat duduk yang terbuat dari busa. Sehingga dapat menambah kenyamanan penumpang ketika menaiki Sampan.

Sampan sebenarnya bernnama perahu Tiongkok yang terbuat dari kayu dan memiliki ukuran panjang sekitar 3-6 meter dan lebar 1-1 1/5 meter, namun bisa juga lebih besar sesuai kebutuhan orang yang membuat Sampan. Di Sungai Kapuas dan Sungai Landak saat ini Sampan menjadi salah satu sumber ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sungai. Penyedian jasa transpotasi penyeberangan dilakukan sebagai mata pencaharian. Jasa pennyeberang ini juga terbilang murah, hanya sekitar Rp 10.000 sampai Rp 15.000/orang yang ingin menggunakan jasa mereka untuk menyeberang Sugai Kapuas dan Sungai Landak.



Penulis    : Zakaria Effendi
publikasi : 12 Maret 2021




Load comments