Belalek: Satu Warisan Tradisi Masyarakat Sambas

Belalek: Satu Warisan Tradisi Masyarakat Sambas


Sambas terkenal dengan rumah bagi Masyarakat Melayu Sambas, di mana masyarakat Melayu pula akrab dengan nuansa nilai-nilai Islam. Identitas Melayu yang dipandang sebagai Islam telah mentradisi dari zaman ke zaman sebelum munculnya generasi milineal, yaitu suatu generasi yang hidup pada zaman NOW, Zaman yang terkenal dengan serba ada, serba praktis serta banyak pula alat-alat canggih yang realistis. Termasuklah ketikan keyboard di jemari penulis ini. Jika anda sedang berkunjung ke Sambas anda harus mencoba Tahu Semparuk Khas Sambas yang tentunya mempunyai kekhasannya tersendiri dibanding dengan tahu lainnya.

Salah satu warisan tradisi masyarakat Melayu Sambas yang sampai kini masih dipraktekkan adalah tradisi Belalek. Dalam tradisi Belalek pastinya ada dua kata yang sangat asing di telinga masyarakat awam yaitu lokout. Lokout adalah singkatan dari lokal dan out yang merupakan penggabungan antara bahasa Indonesia dan bahasa English, yang mempunyai arti keluar lokal. Maksudnya adalah masyarakat di luar lokal. Yang perlu diketahui, bahwa tradisi ini merupakan ciptaan manusia yang telah berlangsung turun-temurun. Belalek sendiri merupakan kata lokal dari Bahasa Sambas yang memiliki makna gantian atau gotong-royong dan pada zaman sekarang tradisi belalek telah memiliki makna yang lebih luas.

Dahulunya, tradisi belalek hanya dikenal oleh masyarakat Sambas sebagai kegiatan tolong-menolong untuk menyelesaikan pekerjaan di sawah. Namun tradisi belalek sekarang telah menyebar di berbagai kegiatan. Tidak hanya terkhusus untuk kegiatan yang dilakukan di sawah saja namun juga untuk beberapa kegiatan lainnya. Pemakian istilah tradisi belalek sekarang ini juga meliputi acara perkawinan dan  kegiatan sosial lainnya.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa pelaksanaan tradisi belalek di sawah sendiri merupakan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan yang berada di sawah.  Di mana jika seseorang memerlukan tenaga jasa dari warga setempat maka sebagai imbalan, orang tersebut juga harus membantu si penolong di sawahnya jika ia meminta. Misalnya si A meminta si B untuk menolongnya mencangkul di sawah. Pekerjaan itu dilakukan tanpa gaji, karena nantinya si A  harus melalukan hal yang sama di sawah si B yaitu gantian mencangkul. Contoh lainnya, misal jika seseorang ingin nandur atau menanam, maka ia mengajak orang-orang yang berada di sekitar rumahnya untuk menolongnya. Nandur pula memiliki arti menanam padi.

Dengan balasan jika orang yang ikut menolong melakukan nandur maka orang yang minta tolong harus membalas di kemudian hari. Tradisi belalek sama sekali tidak membebani, malah membuat suatu pekerjaan cepat selesai dan mengurangi beban. Masyarakat Sambas sangat akrab dengan yang namanya tradisi belalek, sakin akrabnya hingga menjadi kearifan lokal, dan tradisi belalek sangat relevan untuk dilestarikan, dijaga dan dikenal pada kaca mata dunia.

Mengapa demikian? Karna dengan adanya tradisi belalek memicu nilai-nilai yang begitu banyak seperti nilai tolong-menolong dan kebersamaan. Bukan hanya itu tradisi belalek merupakan perekat bangsa. Berlangsungnya tradisi belalek memicu adanya interaksi dan saling ketergantungan. Tradisi belalek juga bisa dijadikan sebagai media pembelajaran lokal yang sangat signifikan dan relevan diterapkan di bangku pendidikan. Otodidak, mungkin itu bahasa yang tepat digunakan untuk media pembelajaran bagi generasi milineal.

Tradisi belalek tidak hanya dijadikan sebagai media pendidikan. Namun bisa menjadi contoh terutama bagi negara yang sering mengalami konflik. Belajar dari tradisi belalek yang dapat menjadi alat perekat bangsa.  Kita mengenal masyarakat sekarang sangat familir bahkan famous dengan yang namanya konflik, pertengkaran dan lainnya. Untuk itu masyarakat perlu menilik, memotret atau mencontoh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat para pendahulunya seperti di Sambas misalnya secara bersama, terkhusus pada tradisi belalek.

Menilik pada zaman Rasulullah, pelajaran pertama yang diajarkan dan perlu diterapkan adalah Akhlak Mahmudah yaitu Akhlak Terpuji. Tradisi belalek atau gotong-royong ini bisa diterapkan di lingkungan manapun. Baik di lingkungan keluarga, kerja, sekolah maupun lainnya. Mari budayakan kebiasaan yang baik untuk mewujudkan generasi yang baik.

Penulis: Syarifah Sajila Apjan
Kratom atau Daun Purik, Daun Emas Khas Kapuas Hulu Kalimantan Barat

Kratom atau Daun Purik, Daun Emas Khas Kapuas Hulu Kalimantan Barat


Daun Purik merupakan salah satu tanaman yang tumbuh subur di tanah Pulau Borneo, khususnya di daerah Kapuas Hulu pedalaman Kalimantan Barat. Oleh masyarakat Kapuas Hulu, Daun Purik lebih dikenal dengan sebutan Daun Kratoom, tumbuhan yang kaya akan manfaat dan bernilai jual fantastis. Harga jualnya yang cukup tinggi di pasar Eropa dan Amerika membuat tumbuhan jenis herbal ini menjadi sumber ekonomi alternatif bagi masyarakat Kapuas Hulu.

Kratom adalah tanaman psikoaktif yang dimanfaatkan sebagai jamu dan ramuan medis tradisional di sejumlah wilayah Asia tenggara sejak ribuan tahun lalu. Kratom termasuk dalam tanaman Rubiaceae penghasil alkaloid penting seperti kafeina. Tanaman Tropis itu dapat tumbuh hingga setinggi 15 meter dan pemanfaatan dari tanaman ini adalah dengan mengambil daunya. Tanaman ini tumbuh di Negara-negara tropis seperti Thailand, Filipina, Malaysia, Papua Nugini dan Indonesia.

Saat ini masyarakat Kapuas Hulu berbondong-bondong menanam Pohon Kratom karena memang daerah Kapuas Hulu merupakan daerah yang tepat untuk membudidayakan Pohon Kratom. Cara pengolahan Daun Kratom adalah dengan mengambil daunnya kemudian di jemur hingga kering dan diremas menjadi bubuk yang halus. Setelah menjadi bubuk yang halus, serbuk daun Kratom akan di kemas menjadi paket-paket berdasarkan permintaan konsumen. Daun Kratom biasanya juga dikemas dengan cara dimasukan ke dalam kapsul supaya mudah dikonsumsi.

Pemasaran bubuk Kratom lebih banyak di ekspor ke Amerika. Karena memang permintaan pasar dan harga yang cukup tinggi membuat pengusaha serbuk Kratom asal Kapuas Hulu lebih memilih Amerika sebagai tujuan ekspor barang produksinya. Pasar Amerika berani menghargai serbuk kratom dari Kapuas Hulu senilai $70 perkilo serbuk kratom dan $85 jika sudah di kemas dalam bentuk kapsul.

Seperti pada jenis-jenis obat herbal lainnya, rasa daun Kratom cenderung pahit karena memang tanaman ini mengandung alkaloid. Namun meskipun begitu serbuk Daun Kratom memiliki manfaat yang cukup banyak. Pada zaman dulu Pohon Kratom hanya diambil batangnya untuk bahan membangun rumah dan sebagainya. Namun setelah diketahui memiliki banyak manfaat Pohon puri, khususnya daunya, mulai diolah dan menjadi sumber perekonomian baru masyarakat Kapuas Hulu.

Dari pengolahan daun Kratom hingga menjadi Hasil bubuk yang berharga ternyata juga menjadikan bubuk daun Kratom memiliki beberapa jenis dalam pemasarannya. Di antara Hasil olahan daun kratom yang di ekspor adalah jenis-jenis bubuk daun Kratom. Berikut ini adalah beberapa contoh jenis-jenisnya.

#RED
red maengda, red jongkong, red kapuas, red jongkong, red borneo, red-haired, red vietnam, red vietnam, rehabilitation, red kapuas, red maengda, red’s Ankara, dan super red.

#WHITE
white maengda, white jongkong, white Kapuas, white jongkong, white borneo, white tailed, white vietnam, white vietnam, white maengda, Whitehall, white maengda, dan super white.

#GREEN
green maengda, green jongkong, green Kapuas, greenhorn, green borneo, green maengda, green vietnam, green vietnam, green maengda, Greenhill, green Malay, green kali, super green, supervision, super borneo, super maengda, gold, yellow, bentuangie, dan elephant.


Manfaat dari bubuk daun kratom antara lain adalah untuk Rehabilitasi pecandu Narkoba, pelancar pencernaan, obat penenang dan masih banyak lagi. Sebelum berharga mahal, tumbuhan ini ternyata juga sudah biasa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai jamu tradisional yang berguna untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dan biasanya pohon kratom tumbuh di pinggir sungai dan rawa yang dekat dengan aliran air.

Dengan adanya daun Puri ternyata telah berhasil mengangkat perekonomian masyarakat Kapuas Hulu, karena seperti kita ketahui daerah yang jauh dari Ibu Kota Provinsi Kaliman barat, Pontianak ini tidak mudah untuk mengembangkan sumber perekonomiannya karena jarak yang jauh dari ibukota provinsi. Dengan adanya fenomena Daun Emas ini diharapkan pemerintah dengan serius melakukan penelitian dan membuat payung hukum untuk melindungi usaha pembudidayaan Pohon Puri. Dengan begitu masyarakat Kapuas Hulu akan mendapatkan rasa aman dalam menjalankan usahanya.

Info Daun Purik atau serbuk kratoom lebih lanjut silahkan kontak admin via email.

Budidaya Ikan Arwana atau Ikan Silok Kapus Hulu Kalimantan Barat

Budidaya Ikan Arwana atau Ikan Silok Kapus Hulu Kalimantan Barat


Saya akan melanjutkan untuk meperkenalkan jenis ikan dari Pulau Borneo yang terkenal dengan kekayaan flora dan faunanya. Kali ini, saya dengan bangga memperkenalkan Ikan Arwana atau dalam bahasa lokal di Borneo Barat biasa disebut Ikan Silok. Ikan Arwana merupakan ikan hias yang sangat mahal harganya dan diperjualbelikan tidak hanya di kawasan Borneo saja tetapi juga dinekal luas di luar negeri. Banyak orang menyukai jenis ikan ini, terutama bangsa China yang memang telah lama mengagumi Ikan Arwana tersebut.

Di Kecamatan Nanga Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu, ikan ini kerap dipanggil dengan sebutan ikan Silok. Ada yang mengatakan bahwa oleh penduduk lokal Silok adalah ikan yang dipercaya untuk melambangkan daerah Nanga Suhaid Kapubaten Kapuas Hulu. Jika anda pergi ke Kapuas Hulu Kecamatan Nanga Suhaid di sana anda akan dikatakan telah menginjak Bumi Arwana yang mana tempat tersebut terdapat berbagai macam jenis Ikan Arwana yang berada tidak hanya di sungai dan danau tetapi juga di kolam ikan Arwana yang dimiliki oleh hampir setiap warga.

Sebagaimana dimaklumi, Ikan Arwana merupakan ikan yang sudah dibudidayakan dan menjadi ikan hias di rumah maupun di kolam kolam di kawasan Kapuas Hulu di Pulau Borneo. Ikan Arwana akan mengalami proses dikawinkan untuk mendapat bibit-bibit yang baik. Perkawinan ikan tersebut dapat melahirkan banyak anak Ikan Arwana yang siap dipanen dan dijual di daerah ataupun di luar Negeri.

Jenis yang paling mahal harganya adalah Ikan Arwana Red atau Arwana Merah. Induk ikan yang sudah beberapa kali beranak saja memiliki pasaran sekitar 10 juta sampai 15 juta, sedangkan anak-anaknya yang baru melahirkan atau masih membawa telor di perutnya dengan ukuran sepanjang batang korek api memiliki pasaran sekitar 2 juta rupiah. Jika Ikan Arwana tersebut melahirkan 50 ekor anak Arwana Red maka pemelik Arwana akan dapat memiliki ratusan juta rupiah. Apalagi jika ikan tersebut Upnormal, seperti warna Albino asli polos, yang harganya berkisar 70-an juta rupiah dengan ukuran sebesar telunjuk jari tangan orang dewasa. Demikian gambaran pasaran Ikan Arwana dalam dunia ikan hias.

Jika Ikan Arwana merah sangat beharga dan bahkan mampu melebihi gaji seorang guru maupun dosen di Indonesia, tapi ternyata ada juga jenis Ikan Arwana lain yang memiliki nilai harga sangat murah, yaitu jenis Ikan Arwana Brazil. Jenis ini berwarna putih dan ada warna sedikit kemerah-merahan pada ekor. Ikan Arwana jenis Brazil ini dengan ukuran sebesar telunjuk tangan orang dewasa dapat dipasarkan dengan harga berkisar 15 ribu rupiah saja per ekornya. Walaupun demikian jenis ikan ini jika dibudidayakan dengan baik maka dapat memberikan penghasilan yang lumayan perbulan; jika ikan induk melahirkan sebanyak 200 ekor maka akan mampu memberikan uang berkisar 2 atau 3 jutaan.

Perawatan Ikan Arwana tergolong lebih rumit dibandingkan dengan ikan hias lainya. Ikan Arwana tidak dapat hidup di air yang kotor karena ikan tersebut harus dalam keaddan steril dalam perawatanya. Jika diletakkan di dalam akurium maka ikan tersebut membutuhkan air yang diganti sebanyak 3 atau 4 kali sehari. Jika terlambat penggantian airnya maka akan beresiko pada kematian ikan Arwana tersebut.

Akuarium atau kolam Ikan Arwana juga perlu memiliki penyaring air dan pompa air untuk menjaga kebersihan airnya, khususnya agar steril dari kotoran setelah sisa makanan atau kotoran tersaring dengan baik dan dibuang. Para pedagang Arwana yang sebagian besar berasal dari kalangan warga ertnis Tianghua (Chinese) benyak yang berkunjung ke Kecamatan Nanga Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu akhir-akhir ini untuk berbisnis ikan Arwana. Mereka lah yang melakukan perdagangan lintas negara dengan melakukan ekspor Ikan Arwana ke luar kota maupun ke luar negeri dengan harga yang menjanjikan.

Dalam analisis ekonomi, potensi Ikan Arwana di pedalaman Kalimantan Barat ini merupakan sebuah potensi ekonomi kerakyatan yang sangat penting. Banyak warga pedalaman Borneo di kawasan Kapuas Hulu yang telah terjun de dalam dunia budidaya Ikan Arwana yang justru penting untuk diperhatikan. Dengan potensi Ikan Arwana yang memiliki harga yang sangat mahal dan beharga ini diharapkan dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat sehingga semakin tinggi angka indeks kebahagiaan warga setempat. Bahkan perekonomian warga masyarakat Kapuas Hulu, khususnya Anga Suhaid, yang memelihara ikan ini dapat menjadi lebih maju.

Dukungan pemerintah yang telah membantu memberikan bantuan layanan jaringan media dan internet untuk kemajuan jaringan pemasaran Ikan Arwana merupakan sebuah investasi penting. Sistem internet di Nanga Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu saat ini berkapasitas 4G dan sebagian besar masyarakat seperti anak-anak, remaja, dan  orang dewasa telah mampu menggunakan Smartphone yang canggih dalam bermedia. Sebagian orang juga telah melakukan jual beli Ikan Arwana melalui media dengan cara poto dan vidio kemudia share. Orang yang berminat akan datang dengan sendirinya untuk membeli Ikan Arwana yang dinimatinya setelah mendapatkan info via media berbasis internet. Saat ini terbukti bahwa Ikan Arwana merupakan salah satu mata penghasilan masyarakat Nanga Suhaid yang sangat penting selain Ikan Seladang, salai ikan dan daun Purik

Penulis: Bibi Suprianto
Danau Sentarum Kalimantan Barat: Habitat Ikan Seladang

Danau Sentarum Kalimantan Barat: Habitat Ikan Seladang


Salah satu andalan kekayaan lokal di Pulau Borneo adalah berbagai jenis ikan yang merupakan habitat khas pulau tersebut. Bahkan peneliti dari Eropa pernah datang meneliti tentang jenis ikan di Danau Sentarum di Kapuas Hulu dan menemukan sejumlah nama ikan baru yang tidak pernah diketahui sebelumnya oleh mereka. Nah, jenis-jenis ikan tersebut masih perlu diteliti lagi sehingga dapat dikenal olh khalayak rami bahkan dunia. Berikut ini Bibi Suprianto akan mengenalkan salah satu jenis ikan yang merupakan habitat di hulu Sungai Kapuas di Kalimantan Barat.

Ikan Seladang, ya namanya memang demikian, merupakan ikan air tawar atau air sungai yang berada di Kapuas Hulu. Ikan tersebut berada di berbagai macam sungai yang ada di kecamatan-kecamatan, seperti Sungai Jongkong, Sungai Selimbau, Sungai Piasak, Bunut Hulu, Hilir dan Nanga Suhaid. Ikan Seladang merupakan ikan yang mempunyai harga pasaran yang lumayan mahal tergantung dengan masuk ukuran; ada ukuran A dan B. Ikan seladang yang berukuran A itu berkisar antara 3-10 Kg dengan harga Rp 90.000/ Kg. Ikan dengan ukuran B ada dua macam; yang pertama 1-2,5Kg dan 11-20 Kg keatas satu ekor dengan harga sekitar Rp. 60.000/kg. Selain ikan seladang yang terkenal dikapuas hulu ada juga yang menarik dan tak kalah nilai ekonominya yaitu Budidaya Ikan Arwana atau Ikan Silok

Harga ikan tersebut adalah di kawasan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Ikan Seladang sangat diminati oleh penarik atau bandar ikan. Syukurnya, setiap harinya nelayan selalu mendapatkan ikan seladang tersebut. Dengan penghasilan ikan seladang tersebut mereka mampu mempertahankan perekonomian rumah tangga. Tidak heran jika setiap harinya nelayan dengan satu perahu dapat menghasilkan 1-5 juta rupiah perhari. Panen ikan Seladang tersebut juga tergantung pada musimnya, jika kemarau dan ainya surut maka ikan tersebut akan mudah didapatkan oleh orang banyak.

Di Nanga Suhaid, hampir setiap warga juga bekerja menjerat atau merangkap ikan Seladang di sungai sebagai usaha sampingan dari bekerja berladang dan berkebun. Ikan Seladang pada umumnya merupakan ikan yang liar yang bersembunyi di sungai Kapuas. Ikan tersebut akan membanjiri sungai-sungai di sekitar Sungai Kapuas ketika kemarau, tetapi disaat air pasang ikan tersebut tidak ada muncul lagi. Anehnya ketika air surut ikan itu selalu ada dan bahkan muncul dalam jumlah yang banyak sehingga setiap harinya warga masyarakat Nanga Suhaid selalu dapat panen ikan tersebut. Apakah ini adalah anugrah yang diberikan oleh Sang Kuasa untuk memajikan perekonomian penduduk Kapuas Hulu atau malah sebaliknya merupakan suatu cobaan untuk masyarakat apakah mereka bisa bersyukur ataupun tidak dari apa yang mereka dapatkan.

Pada sekitar tahun 2014 atau tahun tahun sebelumnya Ikan Seladang tidak lah ditemukan sebanyak tahun-tahun 2015 di perairan Sungai Kapuas. Sekarang (2018) perlahan lahan ikan tersebut melonjak populasinya dan banyak ditemukan di Sungai Kapuas dan anak-anak sungainya. Di Nanga Suhaid di tahun 2015-2017 ikan tersebut yang berukuran A memiliki hargan jual antara Rp.65.000-75.000/kg dan yang berukuran B berkisar Rp.30.000-35.000/kg. Tapi ketika di tahun 2018 ikan tersebut melonjak naik harganya. Ikan dengan ukuran A dijual dengan harga berkisar Rp.90.000/kg dan yang dengan ukuran B berkisar Rp.50.000. Kenaikan harga tersebut membuat warga Nanga Suhaid gencar mencari ikan Seladang sebagai penghasilan tambahan.

Ternyata Ikan Seladang bukan hanya dijual di pasaran lokal tapi juga dikirim ke luar negeri sebagai produk ekspor. Negara tujuan ekspor Ikan Seladang yang dapat diinventarisir sementara ini meliputi Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Persaingan dagang produk Ikan Seladang juga cukup kuat, terkadang pembeli bahkan nekad untuk mengikuti nelayan yang mencari ikan tersebut untuk bisa dijual kepadanya sehingga pembeli tingkat pertama tersebut dapat menjualnya sampai ke luar negeri. Begitu pula sebaliknya, nelayan juga mengambil keuntungan dari pembeli yang rela mengikuti mereka untuk membeli ikan tersebut dengan menaikkan harganya.

Untuk olahan kuliner, Ikan Seladang lebih sedap rasnya jika dimasak dengan sistem frementasi tradisional sebelum dimasak dengan resep lainya. Dalam bahasa lokal masyarakat pesisir Sungai Kapuas di Kapuas Hulu, Ikan Seladang yang difermentasi disebut dengan istilah jukut yang merupakan salah satu jenis makanan khas Kapuas Hulu yang terkenal dan disukai oleh banyak orang. Masyarakat perkotaan biasanya mengenal jenis makanan khas ini dengan istilah ikan jukut. Ikan Seladang tersebut dipotong kecil kecil kemudian dagingnya dicampurkan dengan garam dan nasi secukupnya setelah itu dimasukkan kedalam toples yang tertutup rapat dab didiamkan selama beberapa hari.

Setelah terasa asamnya barulah dimasak sesuai selera untuk kemudian disantab. Dagingnya yang begitu lezat dahsyat merupakan makanan yang kaya akan protein sehingga dapat mengakibatkan ketagihan untuk makan jukut ikan tersebut. Pada musimnya tiba, banyak orang dari dataran atas Kapuas Hulu yang turun ke pesisir untuk menukar lauk ikan dengan buah-buahan yang mereka hasilkan sehingga interaksi yang penting yang dapat mendorong perubahan-perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat Kapuas Hulu di bumi Borneo.

Penulis: Bibi Suprianto
Ikan Salai Khas Borneo: Dari Proses Hingga Kirim Keluar Negeri

Ikan Salai Khas Borneo: Dari Proses Hingga Kirim Keluar Negeri


Salai Ikan atau Ikan Salai merupakan sebuah produk olahan ikan yang sangat dikenal di Pulau Borneo. Salai biasanya berasal dari ikan yang  dimasak dengan asap menggunakan bidang tembaga seperti kawat yang diletakkan di atas kayu yang sudah disusun dengan rapi. Pesiapan bahan pemasak asap (pengasap) tersebut dibuat seperti halnya meja yang diberi kayu dengan ukuran jarang dan kemudian diletakkan dengan bidang kawat.

Kayu bakar kemudian diletakkan bersusun di bawahnya dan dibakar untuk menghasilkan api yang cukup dan asap sesuai takaranya. Proses memasak salai (menyalai) tidak sulit dan memakan waktu yang tidak begitu lama karena sebenarnya inti dari proses menyalai adalah mengharapkan asap yang cukup tersebut untuk memasakkan ikan agar menjadi kering. Seorang ahli penyalai, Ibu Juleha, yang ditemui Bibi Suprianto di Nanga Suhaid di wilayah Kapuas Hulu di Pulau Borneo, menyatakan bahwa proses menyalai biasanya memakan waktu satu hari satu hari baru untuk mendapatkan ikan menjadi kering sempurna. Misalnya dari pagi hari hari dijemur, setelah itu itu baru di letakkan diatas parak salai (bidang pemasak salai). Proses penjemurannya sekitar 1 jam.

Menyalai  harus dilakukan di atas permukaan tanah yang jauh dari perumahan, agar asapnya tidak mengganggu karena rumah dapat terkena api salai tersebut. Api tersebut tidak diperbolehkan besar, jika api tersebut membesar maka ditambahkan dan dirapatkan dengan kayu bakar agar tidak terlalu membesar. Jadi, menyalai membutuhkan pengasapan dan panas matahari untuk hasil yang maksimal. Salai ikan yang sudah siap tersebut biasanya dijual di pasaran kepada pengumpul salai, kata ibu Juleha. Harga salai biasanya per satu kilo sekitar 45 ribu rupiah. Salai tersebut harus benar-benar matang dan kering sebelum dijualkan kepada pengumpul.

Salai yang baik akan diminati oleh banyak orang. Jenis ikan salai mengikuti jenis ikan yang tersedia. Berbagai macam jenis ikan disalai oleh penduduk di Desa Suhaid, seperti ikan Toman, Baung dan ikan Seluang yang sekarang harganya masih melonjak di sekitar Sungai Kapuas Nanga Suhaid. Namun salai yang paling terkenal adalah Salai Lais. Nah, ikan Salai lais itu merupakan Salai kesukaan pak Dr Zaenuddin Hudi Prasojo yang memang hobi blusukan di pedalaman Borneo. Selain Salainya yang terkenal dikapuas hulu ada juga yang menarik dan tak kalah nilai ekonominya yaitu Budidaya Ikan Arwana atau Ikan Silok

Salai ikan memang terasa gurih (dan angat enak) bila dimasak dicampur dengan sayuran dan sebagai lauk. Apalagi bila salai ikan dimasak dicambur dengan sambal. Dalam harga yang murah standar peminat kuliner salai ikan sebagai pembeli semakin bertambah. Kini salai ikan merupakan produk olahan ikan yang menjadi ciri khas masyarakat pedalaman Pulau Borneo, khususnya yang di bantaran sungai Kapuas seperti wilayah Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu. Tetapi, setiap musim panen ikan, persediaan salai di kapuas hulu semakin melonjak di pasaran.

Terkadang di musim kemarau ikan-ikan mudah didapat oleh nelayan. Bahkan nelayan yang membawa ikan terkadang sampai memenuhi satu perahu sehingga kualahan menjualnya dan akhirnya mereka akan menyalai ikan tersebut. Tidak diketahui secara pasti bagaimana para orangtua di zaman dahulu belajar bagaimana caranya menyalai. Mungkin pada zaman dulu secara alamiah mereka mendapat anugrah dari Yang Kuasa di saat tempat masakan yang terlalu minim mereka terpaksa memasak menggunakan kayu dan api yang ada di hutan sehingga terilhami dengan cara menyalai.

Ternyata salai ikan tidak hanya di jual di pasaran lokal saja. Salai juga dikirim ke luar negeri, seperti ke Malaysia, Brunei dan Singapura. Banyak sekali peminat yang ada di luar sana, bahkan jika dikirm ke luar negeri maka nilai untungnya semakin besar karena tukar uang yang begitu memadai. Begitu pula dengan proses pengirimannya, harus melalui prosedur yang berlaku. Untuk ke luar negeri pengiriman tidak boleh sembarangan namun harus dengan surat izin yang sesuai.

Salai ikan merupakan produk inovasi baru dalam citra rasa pembuatan masakan tradisional. Sama halnya dengan dipanggang, tapi ikan salai lebih lokal profesional dalam pembuatannya. Penyalai yang handal akan dapat mengatur api dan asap menyelar standar dan membuat ikan salai sempurna sehingga dapat langsung dinikmati dengan rasa gurih karena tidak sampai gosong ataupun hangus saat dimasak.

Pemasakan tersebut biasanya dipantau walau kadang ditinggalkan untuk beberapa jam dan dtutup dengan kajang ataupun terpal anyanan. Jika dibandingkan antara ikan salai dan ikan panggang, sungguh ikan salai sangatlah lebih enak dan higienis. Salai dimasak dengan hati-hati dalam secara tradisional dan bahkan pembuatannya tersebut sangat teliti dalam prosesnya. Kita mengetahui bahwa ikan adalah makanan yang sangat enak dan mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi. Dengan dimasak salai yang sempurna kita akan mendapatkan hasil salai yang baik bergizi tinggi yang berpengaruh pada kondisi kesehatan tubuh.

Penulis: Bibi suprianto
Masjid Jami Pontianak, Masjid Tertua di Pontianak Kalimantan Barat

Masjid Jami Pontianak, Masjid Tertua di Pontianak Kalimantan Barat


Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie merupakan masjid yang tertua yang terletak di daerah kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak. Konon katanya, banyak sekali peninggalan sejarah yang ada di dalam pembangunan masjid ini. Simbol-simbol tentang kerajaan dan pendirian masjid Jami’ Sultan Syarief Abdurrahman Al-Kadrie terletak di berbagai bagian masjid tersebut.

Dalam sejarah berdirinya masjid Sultan Syarief Abdurrahman Al-Kadrie, tentu saja terkait dengan masa kepemimpinan dan tokoh pendirinya. Pemimpin keraton yang merupakan tokoh pendiri Masjid Sultan Syarief Abdrurrahman Al-Kadrie merupakan keturunan dari kerajaan yang memiliki trah keluarga di Hadramaut di negeri Arab yang marganya disebut dengan Al-Kadrie. Silsislah-silsilah tersebut selalu dijaga oleh kalangan keluarga mereka, untuk dapat mempertahankan nama keturunan bangsa Arab yang selalu mengalir pada diri mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka mempunyai bakat kepemimpinan dan menjadi panutan masyarakat pada zamanya.

Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie terletak tidak jauh dari Keraton Kadariyah yang didirikan oleh Syarif Abdurrahman Al-Kadrie dan diteruskan oleh sultan-sultan dari keluarga Al-Kadrie, yang sekarang dikenal dengan Kampong Beting. Tulisan ini ditulis berkaitan dengan gambaran Masjid Jami’ Sultan Syarief Al-kadrie dan sejarah terbentuknya. Masjid ini adalah bukti sejarah peningalan kesultanan Kadariyah yang menjadi tempat beribadah umat muslim pada zaman kesultanan sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.

Masyarakat di kota Pontianak, baik yang berada di wilayah sekitar keraoton maupun di seberang sungai berdatangan untuk menunaikan Shalat Jumat. Sultan memang mewajibkan masyakarat untuk shoalat Jumat di Masjid Jami pada saat itu, khusus untuk wilayah keraton dan sekitarnya. Sedangkan untuk daerah-daerah yang agak jauh, maka cukup dikirim wakilnya saja untuk shalat Jumat di Masjid Jami.

Melalui data yang penulis dapatkan dari  Abah Syarif Selamat Joesoef Alkadrie yang berusia 80 tahun (saat ini di tahun 2018), seorang Pengeran Bendahara kesultanan, melalui data berbentuk lembar teks Sejarah Lahirnya Kota Pontianak (04/11/2017), dapat diketahui bahwa kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman pada tanggal 23 oktober 1771 yang bertepatan dengan tanggal 14 rajab 1185 H. Kota asal yang menjadi cikal-bakal kota Pontianak dibangun di persimpangan tiga Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak.

Kampung yang pertama dimulai dibukannya kota Pontianak sekarang ini dikenal dengan nama Kampung Dalam Bugis, di mana di situ juga terletak Masjid Jami’ (Masjid Sultan Abdurrahman) dan istana kerajaan yang dikenal dengan nama Keraton Kadariyah. Pendirian Masjid Jami’ (Masjid Sultan Abdurrahman) dikepalai oleh Syarif Usman Ibnu Almarhum Sultan Abdurrahman Ibnu Almarhum Al-Habib Husin Tuan besar mempawah bin Achmad bin Husin bin Muhammad Alkadri, pada hari selasa sehari bulan Muharram 1238H.

Sultan Syarif Usman (1819-1855), sultan ke-3 Kesultanan Pontianak, tercatat sebagai sultan yang pertama kali meletakkan fondasi bangunan masjid sekitar tahun 1821 M/1237 H. Bukti bahwa masjid tersebut dibangun oleh Sultan Syarif Usman dapat dilihat pada inskripsi huruf Arab yang terdapat di atas mimbar masjid yang menerangkan bahwa Syarif Usman pada hari selasa bulan Muharam tahun 1237 Hijrah. Berbagai penyempurnaan bangunan masjid terus dilakukan oleh sultan-sultan berikutnya hingga menjadi bentuknya seperti sekarang ini. Untuk menghormati jasa Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri, pendiri kota Pontianak dan sultan pertama kesultanan di sebelah barat Istana Kadriah itu pun diberi nama masjid Jami’ Sultan Abdurrahman.

Sebagai tempat ibadah umat Islam, khususnya untuk melaksanakan ibadah sholat secara berjama’ah, masjid memiliki arsitektur yang berbeda-beda dan unik, termasuk sejarahnya. Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman adalah masjid tertua yang terdapat di kota Pontianak, terutama di Desa Beting Kecamatan Pontianak Selatan. Masjid ini memiliki panjang 33,27 meter dan lebar 27,74 meter. Terdapat enam pilar kayu berlian berdiameter setengah meter di dalam masjid. Selain pilar bundaran, ada juga enam tiang penyangga lainnya yang menjulang ke langit-langit masjid berbentuk bujur sangkar yang berukuran setara dengan kayu belian untuk tiang rumah dewasa, bahkan di atas rata-rata. Di bagian bangunan masjid tersebut juga terdapat denah masjid, ruang masjid, tampat wudhu dan tiang bendera.

Denah masjid merupakan gambaran keberadaan ataupun lingkungan masjid tersebut. Di depan masjid terdapat lapangan yang cukup luas, menyerupai alun-alun yang biasanya ditemukan di tanah Jawa. Beberapa puluh meter di sebelah selatan dari masjid, terdapat Istana Sultan Kraton Kadriyah. Tanah lapang di sekitar masjid dapat kita artikan sebagai ruang tempat tamu ataupun tempat menerima masyarat yang berkunjung pada tempat tersebut.

Tempat wudhu merupakan tempat di mana seseorang ingin mensucikan diri agar bisa melaksanakan sholat dengan sah. Sedangkan tiang yang didirikan di depan masjid tersebut merupakan tiang bendera untuk tanda. Masjid Jami’ (Masjid Sultan Abdurrahman) didirikan pada hari selasa sehari bulan Muharram 1238H. itulah cerita Masjid Jami Pontianak, Masjid Tertua di Pontianak Kalimantan Barat, jika berkunjung ke pontianak anda juga bisa mencari oleh-oleh khas pontianak.

Penulis: Bibi Suprianto

Kota Pontianak Di Moment Ramadhan

Kota Pontianak Di Moment Ramadhan

Ramadan adalah bulan yang selalu di tunggu-tunggu kehadirannya oleh seluruh umat Muslim di dunia. Bulan Ramadan merupakan bulan dimana seluruh pahala di lipat gandakan sehingga membuat seluruh umat Muslim berbondong-bondong untuk memperbanyak ibadah dari bulan-bulan yang lain. Khususnya di Indonesia yang merupakan penduduk Muslim terbesar di dunia, Ramadan selalu menghadirkan cerita dan kemeriahan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dengan cara yang berbeda-beda.



Penduduk Indonesia yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan tentu mempunyai perbedaan-perbedaan tergantung budaya yang mereka lakukan di daerahnya masing-masing. Khususnya di Pontianak yang merupakan daerah asal suku Melayu yang beragama Islam membuat Pontianak mayoritas penduduknya beragama Islam.

Di Pontianak bulan Ramadan selalu menjadi moment yang hadir setiap tahun, dimana kemeriahan bulan Ramadan terjadi dan di lakukan setiap Hari. Hal ini di karenakan bagi penduduk kota Pontianak bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang penuh dengan berkan sehingga setiap kali bulan Ramadan Datang orang-orang akan mempunyai kesibukan Baru yang mereka senangi seperti menghidupkan waktu menjelang berbuka dengan membudayakan acara ngabuburit sambil berburu makanan untuk berbuka puasa.
   
Ngabuburit di pontianak hadir dengan cara yang sedikit berbeda, dimana setiap kali bulan Ramadan tiba banyak sekali akan di jumpai kedai-kedai penjual ta’jil baik yang di sediakan tempatnya oleh pemerintah kota pontianak ataupun dengan membuka lapak secara kaki lima yang di lakukan oleh penduduk kota Pontianak. Tentu hal ini sebagai Berkah bagi masyarakat kota Pontianak karena dengan kebiasaan berbelanja ta’jil yang di lakukan oleh mayoritas masyarakat Pontianak juga telah membuka kesempatan usaha Baru bagi pedagang-pedagang yang hendak menjajakkan beragam makanan ringan ataupun makan berat khas kalimantan barat.



Akan sangat mudah menemui kedai-kedai penjual ta’jil karena memang di setiap pinggiran jalan kota pontianak selalu ada pedagang-pedagang yang berjualan. Meskipun di kota-kota lain di Indonesia juga terdapat hal dan kebiasaan yang sama, tapi di Pontianak terlihat sedikit berbeda karena kebiasaan ini tidak pernah hilang setiap tahun. Kemeriahan ngabuburit di kota pontianak juga di lengkapi dengan adanya budaya menyalakan Miriam karbit di tepian Sungai Kapuas yang Suaranya dapat terdengar hingga radius dua kilometer. Budaya yang berlangsung sejak zaman nenek moyang ini tidak pernah hilang di gerus kemajuan zaman, masyarakat Pontianak justeru gemar menghidupkan budaya sekaligus meneriahkan bulan Ramadan di pontianak dengan cara-cara yang sederhana. Begitulah Kota Pontianak Di Moment Ramadhan jika anda berkunjung ke kota Pontianak dan ingin mencari oleh-oleh anda bisa membaca ini Cari Oleh Oleh Khas Pontianak, Anda Bisa Kunjungi Pasar PSP.

Penulis: Zakaria Efendi
Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2018 wilayah Pontianak

Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2018 wilayah Pontianak

Borneo Live - Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2018 Wilayah Pontianak. Berikut adalah jadwal imsyakiyah ramadhan tahun 2018/1439 H yang bersumber dari Bimas Islam Kemenag untuk wilayah Kota Pontianak dan sekitarnya.


Sedangkan untuk jadwal wilayah lainnya anda dapat mengakses laman Bimas Islam Kemenag kemudian pilih sesuai lokasi anda atau ikuti instruksi gambar berikut:


Terima kasih dan semoga bermanfaat.

Baca Juga |

Tentang Masjid Mujahidin Pontianak


Tentang Masjid Mujahidin Pontianak

Tentang Masjid Mujahidin Pontianak

Masjid Mujahiddin lebih di  kenal dengan sebutan Masjid Raya Mujahiddin yang menunjukkan bahwa masjid tersebut sebagai Masjid terbesar di Kalimantan barat. Masjid Raya Mujahiddin terletak di pusat Kota Pontianak, bentuk bangunan yang luas dan megah menjadikan masjid ini sebagai icon umat muslim Kalimantan barat, khususnya kota Pontianak. Masjid Raya Mujahiddin berdiri sejak tahun 1978 dan sudah mengalami beeberapa kali renovasi, setelah mengalami beberapa tahapan-tahapan renovasi akhirnya masjid ini selesai pada tahun 2015.



Masjid Raya Mujahiddin terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani, kel. Akcaya, kec. Pontianak selatan, Akcaya, Kota Pontianak, Kalimantan barat. Menara masjid yang menjulang tinggi membuat Masjid ini bisa di lihat dari jarak sekitar dua kilometer. Mujahiddin merupakan nama yang di nobatkan untuk Masjid dan juga yayasan yang mengelolah Masjid terbesar ini. Mujahiddin juga sebagai Nama sekolah yang terdapat di sekitar komplek Masjid Raya Mujahiddin.

Bangunan Masjid Raya Mujahiddin terdiri dari dua lantai, lantai pertama di gunakan untuk ruang serba guna yang bisa disewakan untuk acara-acara keluarga. Lantai utama terletak di lantai dua yang di fungsikan untuk sholat berjamaah setiap hari dan juga pusat dakwah di kota Pontianak. Bangunan yang megah di tujang dengan lima menara yang menjulang tinggi sehingga membuat Masjid Raya Mujahiddin terlihat sangat indah. Bangunan yang megah  menjadikan Masjid Raya Mujahiddin sebagai objek fotografi dan videografi di kota Pontianak serta menjadi objek rekreasi Islami di pusat Kota Pontianak.

Baca Juga |


Bangunan Masjid Raya Mujahiddin memiliki diameter yang cukup besar dan luas, nama Mujahiddin merupakan nama yang di usulkan oleh Achmad Mawardi Djafar sebagai dedikasi kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia dari Kalimantan barat. Selain bangunan masjid yang megah, Masjid Raya Mujahiddin juga mempunyai halaman parkir yang cukup luas. Masjid Raya Mujahiddin di kelola oleh yayasan Mujahiddin yang bertugas untuk mengelola dan membuat program-program keagamaan di Masjid Raya Mujahiddin.



Masjid Raya Mujahiddin tidak pernah sepi jamaah, hal ini di karenakan masyarakat Pontianak dan juga Kalimantan barat sadar akan pentingnya memakmurkan Masjid. Yayasan Mujahidddin juga memiliki program rutin untuk menyediakan Buka puasa Sunnah gratis setiap hari senin dan kamis. Selain itu, di masjid Raya Mujahiddin juga sering di adakan kajian rutin dan sesekali mengundang Da’I kondang di Indonesia sehingga jamaah yang datang mampu memenuhi ruangan Masjid Raya Mujahiddin. Ketika Bulan Ramadhan tiba maka masjid Raya Mujahiddin akan menjelma menjadi pusat kegiatan masyarakat kota Pontianak, karena biasanya di halaman Masjid Raya Mujahiddin didirikan bilik-bilik untuk berjualan makanan buka puasa.

Penulis: Zakaria Efendi